Dear My Diary.. Garut,
14 Juli 2012
Hari ini aku mulai menjalani hariku yang baru..
Bertempat di sebuah pondok pesantren di Garut..
Aku akan berpisah dengan keluargaku..
Bagaimanakah kehidupanku selanjutnya..?
Bertempat di sebuah pondok pesantren di Garut..
Aku akan berpisah dengan keluargaku..
Bagaimanakah kehidupanku selanjutnya..?
Udara sejuk di pagi hari mulai berhembus
melewati jendela asrama lima. Semua santri mulai terbangun. Ditambah lagi
Pembina kelas 1A Putri juga ikut membangunkan santri-santri di sana. “Ayoo..
bangun-bangun persiapan ke Mushola.. ayoo..” Bu Lathifah mulai membangunkan
santri satu per satu.
Aku langsung bergegas pergi ke kamar
mandi. Hari pertama, kamar mandi terlihat sangat penuh. Bahkan untuk mandi pun
harus mengantri terlebih dahulu. Tepat pukul 3 pagi, kamar mandi semakin penuh.
Pada saat itu, banyak sekali santri yang mengantri untuk mandi pagi.
Beberapa lama kemudian, adzan Subuh
berkumandang. Semua santri terlihat sudah pergi ke Mushola. Kegiatan
selanjutnya, para santri akan pergi ke kelas untuk kegiatan belajar mengajar
(KBM) untuk pertama kalinya.
Hari itu, semua santri sangat bersemangat
mengikuti kegiatan belajar di sana. Ada pula yang nangis karena ingat
keluarganya di rumah. Tapi untungnya, hal itu tidak terjadi pada diriku. Jadi
aku melewati hari-hari itu seperti biasa.
Sampai pada akhirnya, hari itu hari ke-5
aku di sana. Tiba-tiba saja aku menangis ketika mengingat kehidupanku yang
dulu. Kadang, aku membanding-bandingkannya dengan kehidupan sekarang. Ya,
jelaaaaaaasssss… berbedaa sekali, bahkan sangat berbeda! Aku ingat ketika aku
sedang menunggu Mama pulang dari kantornya, aku ingat ketika mengobrol bersama
Mama, aku ingat saat-saat bersamanya.
Tiba-tiba, teman asramaku mengerumuniku.
Mereka bertanya-tanya. Bahkan saat itu, salah satu temanku yang bisa terbilang
dewasa mencoba menenangkanku. “Udah, Ta! Besok kamu pulang aja! Kita juga
rasain, kok, apa yang kamu rasakan saat ini!” kata Nissa. Ya, aku sempat
berencana libur satu hari itu tak akan pulang ke rumah. Tapi setelah
dipikir-pikir lagi sepertinya aku harus pulang. Aku ingin bertemu dengan
kehidupanku yang dulu lagi walaupun hanya satu hari.
Beberapa Bulan Kemudian..
“Anggita.., aku lihat buku catatan Nahwumu
ya?” kata Nurul, teman sebangkuku. Aku yang berada di atas kasur hanya
mengangguk saja. Saat itu aku sedang malas bicara. Perasaanku sedang tidak
enak. Tapi, perasaan seperti ini sudah biasa, karena sering ku alami.
Siang itu, asrama lima sedang sepi.
Banyak santri-santri yang lebih memilih untuk berkumpul di luar. Saat itu aku
lebih memilih menyendiri daripada berkumpul bersama teman-teman. “Oiya, peer
shorof!” seruku tiba-tiba. Aku baru teringat kalau nanti sore adalah pelajaran
shorof. Ya, gurunya bernama Pak Anton. Ia tinggal di lingkungan pondok. Selain
itu, ia juga seorang pembina di kelas putra. Tapi, aku tak tahu beliau membina
kelas berapa.
Aku langsung bergegas mengambil buku
shorofku, kemudian kembali ke tempat semulaku. Kebetulan pada saat itu, Syifa,
yang berada di samping ranjangku sedang memakan sebuah camilan. Karena sesama
muslim, kita harus saling mengingatkan.
Jadi, aku ingatkan bahwa ada peer shorof untuk nanti sore. “Hah? Yang bener?”
jawab Syifa dengan ekspresi wajah yang lucu. Aku hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Syifa. Akhirnya, dia segera bergegas pergi mengambil buku shorof juga dan kembali ke kasurnya.
Tiba-tiba saja, Erni, temanku yang terkenal akan kehebohannya datang ke dalam asrama sambil berteriak. "Hey.. BEWARE..!! Besookk.. pulaaaaaaaaanggggg..!!" kata Erni. Suara itu memecahkan keheningan. Suasana di asrama menjadi riuh tak menentu. Kali ini topik utama yang dibicarakan adalah tentang kepulangan para santri ke rumah mereka masing-masing.
Aku yang sedang berada di atas kasur, langsung berlari ke tempat lemarik berada. Aku langsung berkemas memasukkan barang-barangku ke dalam tas. Setelah itu, aku pun duduk kembali ke atas kasurku, dan mengerjakan tugas-tugas yang belum sempat dikerjakan.(to be continued)(Hilma)
Aku yang sedang berada di atas kasur, langsung berlari ke tempat lemarik berada. Aku langsung berkemas memasukkan barang-barangku ke dalam tas. Setelah itu, aku pun duduk kembali ke atas kasurku, dan mengerjakan tugas-tugas yang belum sempat dikerjakan.(to be continued)(Hilma)